Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Anak Perempuan Pertama

Nampaknya anak perempuan pertama diciptakan dengan kemampuan merasa lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak selanjutnya. Setiap tatapan mata dipahaminya sebagai sebuah cerita. Mereka mengerti resah, kesah, dan lelah yang orang lain rasa tanpa perlu panjang berbicara. Nampaknya anak perempuan pertama dikaruniai telinga yang lebih sabar mendengar. Saat ibunya bercerita mengenai kisah yang sama berulang kali, hanya dalam hati ia berkata, “lagi, dan lagi.” Hatinya sabar mendengarkan, meski lisannya tidak banyak menanggapi. Mereka memahami betul terkadang ibunya hanya rindu didengarkan, kesempatan yang akhir-akhir ini menjadi langka untuk didapatkan. Nampaknya juga, anak perempuan pertama punya air mata yang lebih banyak dari anak-anak selanjutnya. Saat bahagia mereka menangis. Saat resah mereka menangis. Saat rindu mereka menangis. Air mata menjadi tempat ia bercerita. Menjadi anak perempuan pertama harus kuat hatinya. Pada hatinya lah orang tua seringkali merasa pulang.