Anak Perempuan Pertama


Nampaknya anak perempuan pertama diciptakan dengan kemampuan merasa lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak selanjutnya. Setiap tatapan mata dipahaminya sebagai sebuah cerita. Mereka mengerti resah, kesah, dan lelah yang orang lain rasa tanpa perlu panjang berbicara.

Nampaknya anak perempuan pertama dikaruniai telinga yang lebih sabar mendengar. Saat ibunya bercerita mengenai kisah yang sama berulang kali, hanya dalam hati ia berkata, “lagi, dan lagi.” Hatinya sabar mendengarkan, meski lisannya tidak banyak menanggapi. Mereka memahami betul terkadang ibunya hanya rindu didengarkan, kesempatan yang akhir-akhir ini menjadi langka untuk didapatkan.

Nampaknya juga, anak perempuan pertama punya air mata yang lebih banyak dari anak-anak selanjutnya. Saat bahagia mereka menangis. Saat resah mereka menangis. Saat rindu mereka menangis. Air mata menjadi tempat ia bercerita.

Menjadi anak perempuan pertama harus kuat hatinya. Pada hatinya lah orang tua seringkali merasa pulang. Padanya pula lah anak-anak selanjutnya sedikit banyak belajar dewasa. Hidup anak perempuan pertama tidak pernah selalu tentang dirinya sendiri. Ada banyak sekali cinta yang harus ia bagi. Untuk orang tua. Untuk adik-adik. Untuk pasangan. Untuk anak-anak. Untuk sahabat-sahabatnya.

Namun nampaknya anak perempuan pertama itu seringkali tidak mengerti. Seharusnya ia sisakan pula sedikit cinta untuk dirinya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

this post is dedicated to me

Iship sudah selesai!