Wanita dan Kehormatan (part 1)

Bismillahirrahmannirrahim... Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun, hanya sekedar pengingat kepada diri sendiri dan juga ungkapan kesedihan saya atas kondisi perempuan-perempuan khususnya remaja putri saat ini.

Bagi saya pribadi, menjaga kehormatan diri sebagai seorang perempuan pada umumnya dan muslimah pada khususnya adalah sesuatu yang sangat penting dan utama. Muslimah yang bisa menjaga kehormatan dirinya menandakan bahwa ia paham akan nilai atau (maaf, kasarnya) harga atas diri dan pribadinya. Harga disini tentu bukan berupa uang, ya. Namun yang saya maksud adalah nilai berharga atau tidaknya seseorang.

Boleh lah kita ibaratkan harga disini dengan membandingkan berlian dengan kotoran. Berlian, meskipun ia berada di dalam comberan, ia tetaplah batu mulia yang mahal, sulit didapat, dan tidak semua orang memiliki. Begitu berharganya berlian hingga orang rela menyimpannya di dalam brankas yang harganya juga tidak murah, dikunci rapat-rapat agar orang lain tidak sembarang mengambil dan menggunakannya. Kotoran, sekalipun disimpan di dalam kotak yang indah nan mewah, ia tetaplah kotoran. Ada gitu orang yang sengaja menyimpan kotoran? Oh iya ada, untuk bikin pupuk. Tapi gaes, kalau kalian disuruh memilih mau dikasih hadiah apa pas ulang tahun : berlian atau kotoran? Rasanya tidak ada yang akan menjawab kotoran, kecuali dia seorang environmentalist yang butuh pupuk.

Begitu pun perempuan.

~

Saat ini saya tinggal di kost-kostan putri yang isinya kebanyakan adalah pelajar dan mahasiswi. Dari pengamatan saya sehari-hari, saya mendapatkan cukup gambaran mengenai bagaimana memprihatinkannya sikap remaja-remaja putri zaman sekarang. Ditambah lagi cerita-cerita dari orang-orang terdekat saya yang kenal dengan cukup banyak remaja putri masa kini. Saya tidak mengklaim bahwa kondisi saya saat ini sudah baik. Saya pun masih selalu berusaha memperbaiki diri agar menjadi muslimah yang benar-benar tahu dan faham akan nilai diri sesungguhnya sebagai muslimah. Tapi rasanya, saya sebagai muslimah juga punya tanggung jawab untuk menyelematkan saudari-saudari dan ughtee ughtee muslimah lainnya dari bahaya 'tidak tahu harga diri' ini.

Beberapa kali saat pulang jaga sore (berarti pulang sekitar jam 21.00-21.30) dari rumah sakit, saya dapati pintu kostan sudah terbuka dengan motor terparkir di luar. Oke, itu artinya ada tamu. Sejujurnya saya tidak terlalu terusik dengan adanya tamu di kost-an, kalau tamunya perempuan, karena kost saya adalah kost-kostan putri. Tapi kalau tamunya laki-laki, itu beda cerita. Kalau tamunya laki-laki dan duduknya dempet-dempetan sama anak kost saya yang lain, itu ceritanya JAUH lebih berbeda lagi.

Mood saya yang sudah jelek sepulang jaga langsung jadi JAUH lebih jelek saat mendapati cowo-cewe baru gede duduk dempet-dempetan sambil cekakak-cekikik dan bisik-bisik. Dalam hati saya mengumpat habis-habisan, tapi habis itu istighfar. Tapi tetap saja masih sebel. Haloo, ruang tamu kost-kost-an adalah milik bersama dan saya sangat tidak suka kalau ruang publik digunakan untuk hal-hal yang tidak semestinya!

Pernah juga saya dapati siang-siang pulang jaga pagi, pintu kostan terbuka. Pas saya masuk, ini ada anak laki-laki mungkin sudah putus urat malunya, tiduran di atas paha anak kost-kostan. Begitu sadar saya masuk, baru dia bangun. Lagi-lagi, saya hanya bisa beristighfar setelah mengumpat banyak-banyak dalam hati. Itu pula istighfarnya sambil teriak-teriak, dalam hati tapi.

Karena saya super jengah dan kesal, saya kasihlah mereka kode-kode pengusiran. Pertama-tama saya sengaja setel kajian di youtube tentang zina dan sebagainya keras-keras di luar kamar. Biarin saja. Atau saya duduk di dekat tangga lalu baca qur'an keras-keras. Kalau ada orang baca qur'an terus kok aktivitas pacarannya masih dilakukan, yaa... wallahua'lam. Rasanya kok kaya sudah tuli dan buta saja hatinya, na'udzubillah.

Tapi ternyata memang beneran tidak mempan, gaes!

Akhirnya saya pakai jurus kedua. Jurus tembak. Pada kasus pertama langsung saja saya turun ke bawah dan bilang, "Dek, maaf sudah jam 10 malam." Lalu langsung naik lagi ke kamar sambil menghentak-hentakkan kaki supaya mereka tahu kalau saya tidak suka. Diseneni? Ra urus! Ini bukan soal nyaman atau tidak nyaman lagi buat saya, tapi marah karena si perempuan dengan senang hati membiarkan dirinya dijamah dan dihinakan oleh laki-laki tidak baik!......




Bersambung ke part 2. Maaf gaes esmosi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

this post is dedicated to me

Iship sudah selesai!