Wanita dan Kehormatan (part 2)

.... Bismillah, lanjut gaes.


Saya merasa bahwa nilai berharga atau tidaknya seorang perempuan saat ini di mata remaja-remaja putri khususnya, berbeda dengan apa yang saya pahami. Standar 'berharga' atau 'terhormat' yang saya yakini sebagai muslimah pada intinya adalah dengan tidak menjadikan apa-apa yang bersifat material sebagai tolak ukur, tetapi bagaimana seorang perempuan mengenal TuhanNya, menaati perintah TuhanNya, menjaga dirinya dari yang haram, menjaga dirinya dari pandangan dan syahwat orang lain, merawat dan menajamkan akalnya, serta berakhlaqul karimah, itulah yang menjadi tolak ukur berharga atau tidaknya seorang perempuan.

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." QS Al Ahzab:35

Jadi tidak penting baginya dinilai cantik oleh semua orang. Tidak penting baginya disukai oleh banyak laki-laki. Tidak penting baginya diDM atau di chat oleh banyak laki-laki. Menurutnya, justru musibah, bila dirinya menjadi sumber dosa dan syahwat bagi orang lain. Ingat kisah gadis yang mencongkel kedua bola matanya karena ternyata itu menimbulkan syahwat pada seorang pemuda?

Hashtag relationship goal yang muncul pada banyak postingan instagram dan media sosial lain yang sempat viral beberapa waktu lalu menunjukkan kepada kita betapa dangkalnya makna kebahagiaan dan kesuksesan diri remaja putri sebagai perempuan. Kalau tidak salah sempat ramai pas jaman-jaman awk*rin pacaran sama siapaaa gitu. Upload foto pegangan tangan sama pacarnya terus dikasih hasgtag #relationshipgoal. Upload foto jalan-jalan bareng pacarnya entah kemana bedua saja terus dikasih hashtag #relationshipgoal. Screenshot chattingan-chattingan flirtious sama pacarnya, diupload ke twitter terus dikasih hasgtag #relationshipgoal. Goalnya itu kemanaaa, neng? Neraka? Mengapa kita tertarik pada pancing materialisme yang selalu digaungkan oleh orang-orang yang menginginkan kerusakan moral kaum perempuan?

Perempuan, wa bil khusus muslimah, harusnya tahu bahwa dirinya punya banyak sekali aspek yang harus ia jaga dan rawat senantiasa agar predikat 'berharga' dan 'terhormat' melekat pada pribadinya. Muslimah bukanlah boneka fisik semata yang harus selalu tampil cantik dan menawan agar orang-orang tertarik untuk melihat. Ia memiliki qalbu yang harus senantiasa dibersihkan agar mudah hidayah dan bimbingan dari Allah sampai kepadanya. Ia memiliki akal yang harus dirawat agar senantiasa tajam dan dengannya dapat membimbingnya dalam berketaatan. Ia juga memiliki akhlaq yang harus senantiasa dijaga dan dipagari dengan keimanan dan rambu-rambu syariat.

Perempuan, lagi-lagi, khususnya muslimah, seharusnya menyadari bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan membawa misi besar peradaban : istri para pemimpin, ibu para generasi. Mungkin bahasa atau istilah saya terlampau sulit untuk dibayangkan, tapi pada intinya, muslimah memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik generasi yang ia lahirkan, dan mendampingi pasangan hidupnya kelak sebagai partner berketaat, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Sudah banyak sekali contoh perempuan-perempuan yang tahu harga dirinya dan sukses menjalankan misinya. Muhammad Al Fatih tidak akan menjadi penakluk Konstantinopel di usia 21 bila waktu kecil ia dididik oleh ibu yang tidak paham pentingnya agama. Ibunda Imam Syafi'i mengirim anaknya belajar jauh dari tempat tinggalnya karena mengharapkan kebaikan dunia akhirat bagi putranya. Khadijah menjadi partner berketaatan yang paling dicintai Rasulullah dibanding istri-istri beliau yang lain. Atau, yang populer di Indonesia, Ibu Almh Ainun begitu sabar melewati pahit getir perjuangan suaminya hingga sempat menjadi orang nomor 1 di Indonesia (saya mention bagian yang setelah menikahnya saja ya).

Begitulah perempuan apabila ia tahu makna kehadirannya, apabila ia paham seperti apa nilainya, apabila ia mengerti apa misi yang ia bawa dalam kehidupan ini. Ia tidak pernah hidup untuk dirinya sendiri. Ia menjadi sumber semangat dan kehidupan bagi orang-orang yang dicintainya.

Agak sulit mungkin bagi sebagian remaja putri untuk mencerna tulisan diatas. Izinkan saya menyampaikan sedikit cerita yang mudah-mudahan bisa kita ambil hikmahnya bersama.

~

Suatu malam handphone ummi saya berdering. Nama seorang kerabat yang ummi kenal muncul di layar handphone. Karena sudah lama tidak bertemu, ummi mengangkat panggilan tersebut dengan bersemangat. Betapa terkejutnya ibu saya begitu mendengar suara tangisan kerabatnya ini di ujung telpon yang lain. Kabar duka datang. Putri kesayangan mereka membatalkan pernikahan yang sudah tinggal menghitung pekan. Namun ada yang lebih memilukan : putrinya dihamili oleh mantan pacarnya.

Tidak lama setelah itu datanglah kerabat ummi ini dan suaminya ke rumah. Saya tidak ikut duduk di ruang tamu, tapi masih bisa mendengar percakapan yang terjadi di depan. Dalam percakapan malam itu, saya tahu betul bagaimana kedua orang tua ini telah berusaha mendidik putrinya dengan baik, memilihkan sekolah yang baik, memilihkan tempat ngaji yang baik untuk putrinya belajar agama, memilihkan jodoh yang baik. Sebagai orang tua, betapa bahagianya mereka mendapati putrinya tumbuh menjadi perempuan dewasa yang berbakti dan taat kepada kedua orang tua, pintar, manis, dan mandiri. Hasil dari jerih payah mereka mendidik putri kesayangannya ini sejak kecil.

Saya juga tahu betul bagaimana perjuangan kedua orang tua ini menyekolahkan anak-anaknya. Dari yang awalnya rumah mengontrak hanya sepetak di dalam gang sempit, hingga kini telah memiliki rumah sendiri, ada warung, dengan ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan rumah dalam gang sempit dulu. Kedua orang tua ini adalah orang yang baik dan bertanggung jawab.

"Saya hancur, Bu... Hancur sekali mengetahui putri saya hamil... Sakit sekali hati saya... Rasanya saya seperti sudah tidak hidup lagi, Bu..."

Kalimat tersebut keluar dibarengi dengan cucuran air mata yang tidak tertahankan.

"Dari dulu, saya sudah berusaha menjadi orang tua yang baik untuk anak saya. Dan alhamdulillah dia juga tumbuh menjadi anak yang nurut sama orang tua. Tapi tiba-tiba ada laki-laki ini, dengan kurang ajarnya merusak anak saya!" lagi-lagi isak tangis terdengar setelah kalimat tersebut selesai.

"Setiap sholat saya bertanya kepada Allah, Ya Allah, kenapa Engkau berikan ujian yang begitu berat kepada saya? Lalu saya hanya bisa menangis..."



Bila sulit membayangkan seperti apa itu istri para pemimpin, atau ibu para generasi, maka paling tidak, jadilah kita perempuan-perempuan yang memiliki harga diri dan terhormat agar tidak sampai menghancurkan harapan ayah dan ibu kepada kita. Mereka telah berusaha mendidik kita agar dapat menjadi orang yang baik, yang shalihah, agar dapat mendoakan mereka setelah mereka tiada. Ibu kita mempertaruhkan hidup untuk melahirkan kita ke dunia. Ayah kita bekerja keras siang malam untuk menafkahi kita. Maka apalah lagi yang lebih membahagiakan bagi keduanya selain melihat kita menjadi anak-anak yang sukses, mulia, lagi shalihah. Dan maka, apalah lagi yang yang dapat merusak kebahagiannya selain mendapati putrinya tumbuh sebagai seorang perempuan yang tidak tahu harga dirinya dan ridha dirusak oleh laki-laki yang tidak baik?


Wallahua'lam bisshawab.





Saya berlindung kepada Allah dari keburukan yang ada pada tulisan ini. Yang baik datangnya dari Allah, kalau ada yang kurang berkenan, itu berarti dari saya. Semoga bermanfaat. Jarang-jarang nih nulis panjang :p

Komentar

Postingan populer dari blog ini

this post is dedicated to me

Iship sudah selesai!